Bersaing dengan 15 Negara, Siswa Smamsatu Ini Raih Medali Perunggu di TIMO 2019

PWMU.CO – Siswa SMA Muhammadiyah 1 (Smamsatu) Gresik berhasil mengharumkan nama Indonesia di ajang internasional. Dialah Luqman Firmansyah. Siswa XI MIPA 1 ICP Smamsatu itu berhasil meraih medali perunggu dalam Thailand International Mathematics Olympiad (TIMO) 2019 yang berlangsung Jumat-Senin (5-8/4/19). Capaian Luqman itu tentu membanggakan, karena prestasi ini tidak ia dapatkan dengan cara yang mudah. Sebelum lolos ke babak final, siswa yang pernah meraih medali emas di Olimpiade Ahmad Dahlan di Lampung 2017 ini harus mengikuti seleksi internal di Indonesia. Ia harus bersaing dengan ribuan peserta dari seluruh Indonesia melalui seleksi yang dilakukan secara serentak se-Indonesia dan digelar di daerah masing-masing pada tanggal 13 Oktober 2018. Luqman mengikuti seleksi di Kota Gresik yang ditempatkan di SD Irada Full Day School. Dari situ dia meraih medali perunggu dan lolos ke babak final. Selanjutnya di babak final yang dilaksanakan di Headstart International School Phuket, Thailand, ia harus bersaing dengan ribuan peserta dari 15 Negara antara lain: Hong Kong, Indonesia, Thailand, Malaysia, Ukraine, Australia, India, Kazazstan, Kyrgyzstan, Kamboja, Singapura, Vietnam, Philippines, Bulgaria dan Iran. Ketika dihubungi PWMU.CO Senin (8/4/19), siswa terbaik di Kelas Programmer Smasatu ini merasa bahagia dan bersyukur sekali dengan prestasi ini. “Alhamdulillaah saya sangat bahagia dan terharu sekali. Karena cita-cita saya untuk membuat bangga orangtua, serta mengharumkan nama sekolah dan negara akhirnya terkabul,” katanya melalui WhatsApps. Luqman Firmansyah bersama Akhmad Akmal Rifqi (Akhmad Akmal Rifqi for PWMU.CO) Sementara itu, Akhmad Akmal Rifqi SPd—guru sekaligus wali kelas yang mendampingi Luqman selama di Thailand—menyatakan sudah punya firasat dan yakin kalau siswanya yang pendiam itu akan meraih prestasi. “Saya yakin Luqman pasti akan meraih juara. Ia telah mempersiapkan diri di sekolah selama hampir dua bulan dengan digembleng oleh Pak Fatoni, guru matematikanya,” katanya. Selama perjalanan transit di Jakarta, sambungnya, Luqman tetap menghabiskan sebagian besar waktunya untuk belajar soal-soal di kamar hotel. “Hanya kalau ada soal bahasa Inggris yang tidak pahami dia sering bertanya kepada saya,” kata Rifqi. Selain itu, hal yang membuat dia kagum adalah, Luqman tidak pernah lupa mengerjakan shalat Dhuha dan Tahajud untuk mengharapkan hasil yang terbaik. (M. Ali Safa’at)

Comments