Pemilik Nomor Punggung 12 Timnas Bola Basket Asian Games Ini Ternyata Lulusan Sekolah Muhammadiyah

PWMU.CO – Salah satu pemain tim nasional bola basket Indonesia di Asian Games 2018 Jakarta-Palembang ternyata alumnus SMA Muhammadiyah 1 Gresik. Dia adalah Muhammad Dhiyaul Haq lulusan tahun 2010 sekolah berjulukan Smamsatu itu. Pada Senin (3/9/18) dia berkesempatan datang ke almamaternya, sekaligus menemui coach Ery Bramastyo, pelatih bola basket Smamsatu, yang telah membesarkannya. Bukan hanya itu, Yayak—sapaannya—menyempatkan ‘bernostalgia’ dengan berlatih bersama Tim Basket Aremu Putra Smamsatu Gresik. Tidak saja sehari di Senin itu, pada Rabu (5/9/18) sore pun pemilik nomor punggung “12” ini kembali lagi untuk bermain bersama para juniornya, yang baru saja mempersembahkan Juara II dalam Piala Dispora 2018 Kabupaten Gresik. Yang juga tak dilupakan Yayak adalah “Bakso Mama” di Kantin Smamsatu. Tak heran jika dalam kunjungan itu dia juga menyempatkan menyantap bakso kesukaannya itu. Yayak bersama juniornya Tim Basket Aremu Putras Smamsatu Gresik. (M. Ali Safa’at/PWMU.CO) Kepala Smamsatu Gresik Ainul Muttaqin SP bangga pada siswanya itu. “Saya bangga pada Ananda Dhiyaul Haq yang terus menyatakan kebanggaan dan kebahagiaannya sebagai alumni smamsatu Gresik,” ujarnya pada PWMU.CO, Kamis (6/9/18) pagi. Menurut Ainul, sapaannya, Yayak selalu rindu pada sekolah yang telah membimbing potensinya sehingga dia bisa seperti ini. “Hal ini dia tunjukkan dengan selalu main ke sekolah dan berlatih bersama adik-adiknya di Aremu di lapangan basket Smamsatu yang senantiasa bersejarah bagi seorang Yayak,” ungkap Ainul. Kegigihan Yayak berlatih saat SMA dulu, sambungnya, membuktikan bahwa fokus dan keseriusan dalam menjalani sebuah pilihan minatnya bisa membawa dia di posisi sekarang. “Semoga proses Yayak sejak di bangku sekolah sampai saat ini bisa menjadi inspirasi bagi adik-adiknya,” tambah Ainul. Yayak (no punggung 12) saat bermain di Asian Games 2018. (mainbasket.com) Pada kesempatan itu, Yayak menyampaikan banyak terima kasih kepada Smamsatu Gresik yang telah memberikan beasiswa kepadanya saat sekolah dulu sehingga bisa meringankan keuangan keluarganya. “Karena sekolah inovatif ini, bakat basket saya bisa tersalurkan. Saya bisa mengenal Mas Erry (pelatihnya) dan Afrizal (teman akrab SMA-nya),” ujar Yayak yang juga lulusan MTs Muhammadiyah 4 Sidayu Gresik. Pemain yang punya tinggi badan 2 meter itu juga menyampaikan bahwa kedisiplinan yang diterapkan baik di sekolah maupun Pesantren Madinatul Ilmi (pondok sekolah tempat dia tinggal) sangat berpengaruh pada kehidupannya saat ini. “Selain itu, banyak dapat pelajaran agama dan pelajaran akademik yang tidak kalah dengan sekolah negeri. Dan yang paling saya kangeni adalah saya punya banyak temen yang baik dan terdidik, juga suasana di pondok dan sekolah yang menyenangkan,” tuturnya. Kepada almamaternya itu Yayak berpesan, “Semoga sekolah ini semakin maju, sukses terus, segera jadi gedung barunya. Dan yang terpenting, semoga masih banyak lagi kader-kader seperti saya yang tersalurkan bakatnya, baik secara skademik maupun non-akademik.” Yayak pun memberikan jerseynya kepada almamater tercinta. “Nanti dipigora dan dipajang untuk penyemangat anak-anak yang lain,” komentar Ainul yang menerima jersey bernomor 12 itu. Yayak sedang beraksi di Asian Games 2018. (mainbasket.com) Seperti dilansir mainbasket.com, Yayak sebenarnya tak menyangka dirinya bisa masuk ke timnas. Sebab sebelumnya, dia hanya berstatus sebagai pemain pendamping latihan atau practice player. Kabar pergantian roster timnas Indonesia memang mengejutkan. Sebab saat mengumumkan daftar susunan pemain masih tertulis Firman Dwi Nugroho. Tetapi justru saat laga dimulai, Yaya masuk menggantikan Firman. Keputusan ini mendadak karena Firman cedera di detik-detik terakhir jelang Asian Games 2018 bergulir. Sebenarnya Yaya bukan penghuni baru di timnas Indonesia untuk Asian Games. Pada bulan Mei 2017 lalu, atau tepatnya usai Satria Muda Pertamina Jakarta—klub Yayak—menjuarai IBL 2017-2018, ia masuk pelatnas. Saat itu, Adhi Pratama dan Firman Nugroho harus beristirahat karena cedera. Yaya masuk dengan status pemain pendamping latihan. Terakhir, Yaya juga masuk dalam tim Pelita Jaya Indonesia yang berlaga di FIBA Asia Champions Cup Inter-Subzone Qualifications, 30 Juli-1 Agustus di Thailand. Masuknya Yaya di tim tersebut seolah menegaskan bahwa dirinya tidak mungkin masuk timnas Indonesia untuk Asian Games. Ternyata yang terjadi berbeda, Yaya malah masuk di detik-detik terakhir menggantikan Firman. (M Ali. Safa’at/MN)

Comments